Menambal lubang akibat paku kesalahan

Berbicara maaf memaafkan, dari kehidupan sehari-hari yang saya lihat, dapat sebuah kesimpulan bahwa “ternyata minta maaf itu susah” Entah apa alasan seseorang untuk enggan meminta maaf kepada orang lain setelah melakukan kesalahan. Entah karena ego, merasa rendah karena meminta maaf, atau hanya karena gengsi.

Mungkin dari hal sepele dari ketidaksengajaan menyenggol orang lain, karna tidak langsung meminta maaf hal tersebut bisa berdampak besar.

Tetapi hal itu contoh kecil yang sering kita jumpai, bagaimana bila masalah yang cukup besar, bayangkan jika eratnya hubungan yang terjalin antara dua orang selama bertahun-tahun harus lenyap atau retak karena satu hal bernama kesalahan. Sakit hati yang mendalam terkadang menjadi alasan untuk tidak memaafkan kesalahan seseorang. Tetapi kenapa sebagian manusia hanya lebih melihat keburukan yang didapatkannya dari orang lain ketimbang kebaikkan yang dia terima dari orang yang itu.

Ternyata, masalah tidak selesai begitu saja sekalipun seseorang sudah berani untuk meminta maaf dan memaafkan kesalahan orang lain. Dalamnya laut dapat diduga, dalamnya hati siapa yang tahu. Walaupun sudah meminta maaf, tapi hati orang siapa yang tahu. Ibarat sebuah ban yang akan tetap berlubang akibat paku yang menancap, sekalipun paku tersebut sudah dicabut. Sekalipun sudah saling memaafkan, terkadang kita masih menyisakan lubang-lubang bekas kesalahan itu di hati kita. Bahkan ada seseorang yang menerapkan syarat dan ketentuan khusus dalam memaafkan seseorang. Tidak jarang yang mengatakan bahwa “Baiklah saya memaafkan kamu tapi jangan harap hubungan kita bisa sebaik dulu”. Jika dipikir kembali, bukankah itu sama saja membiarkan lubang kesalahan terbuka?? Bahkan dengan berkata seperti itu justru kita sendiri yang seolah tidak menginginkan untuk menutup lubang itu. Banyak juga ternyata yang masih jarang tersenyum, atau hanya sekedar menyapa kepada orang yang pernah membuat kesalahan kepadanya sekalipun sudah mengaku meminta maaf.

Mungkin sepertinya hal tersebut disebabkan karena kita menganggap meminta maaf dan memaafkan itu adalah sebagai suatu solusi akhir atau tujuan, bukan menganggapnya sebagai awal yang baru untuk mengembalikan hubungan yang selama ini kita bangun. Pendapat yang menganggap bahwa dengan meminta maaf maka semuanya selesai adalah hal yang sering menjadi alasan utama penyebabnya. Meminta maaf bukanlah tujuan akhir, justru itu adalah langkah baru yang kita mulai. Ibarat paku yang menancap pada ban, meminta maaf dan memaafkan diibaratkan baru mencabut paku tersebut, masih banyak yang harus dilakukan untuk menutup lubang yang ada pada ban tersebut.

Jadi buat yang dihatinya masih ada paku-paku kesalahan yang menancap segeralah mencabut paku tersebut, berusahalah sekuat tenaga untuk menambal lubang yang ada akibat paku tersebut. Bila tak tertambal juga, mungkin bisa dicoba ditambal ditukang ban tambal... hehe..

Ini hanya pendapat pribadi yang mengalir mengikuti waktu yang setiap detik dan menit dapat berubah-ubah seiring waktu berjalan. - Akal tak sekali datang, runding tak sekali tiba -

0 komentar:

Posting Komentar

__________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
| Beranda | Tentang Saya | Tukar Link | Download Gratis | Map Site | Gallery | My Contact |
© 2008-2011 [sektorplong.blogspot.com]
Seluruh artikel ini dapat anda perbanyak, cetak, modifikasi dan distribusikan secara bebas, asal tetap mencantumkan URL lengkap artikel.