Sifat tawadhu

🍁Sifat tawadhu🍁

Nasehat guru kami, Syaikh Al-Muhaddist Abul Hasan Al-Ma'ribi حفظه الله :

" Mengambil faidah [ Ilmu ] tidak selalu harus kepada Syaikh senior, ambil dari orang yang setara dengan kalian [ teman ], atau sekalipun orang tersebut di bawah kalian. Bisa jadi melalui mereka akan mendapatkan faidah baru yang tidak didapatkan oleh syaikh yang lebih senior ". [ Ba'da Maghrib, Pelajaran kitab beliau: Jauhar Sulaimaniyyah, Syarh Baiquniyyah]

Yang kami dapati.. terkadang antara Syaikh saling mengambil Faidah dengan mengkaji kitab yang belum mereka pelajari, Pengajar Nahwu tak malu ikut duduk di pelajaran hadist bersama thullab, terkadang pengajar hadist meminta unduk dijelaskan b.arab yang tidak difahaminya.

Saat pelajaran Syaikh Abul Hasan, para masyaikh yang lain tidak gengsi untuk mendengarkan dan mencatat pelajaran beliau.

Dalam menuntut ilmu para Syaikh tidak gengsi duduk bareng bersama kami sebagai murid. Saat Syaikh pengajar fiqih membuka pelajar fiqih Syafi'i.. 2  Syaikh kami, Syaikh Kholid dan Syaikh Abdullah ikut belajar Fiqih bersama kami. Padahal keilmuan mereka cukup luas, Syaikh  Kholid Alumunus S3 Jami'ah Islamiah, lalu mengambil doktor yang ke 2 di Sudan, Melanjutakan Mulazah di Muruthania. Syaikh Abdulluh alumnus Univ islam madinah .. Namun beliau tidak gengsi dan malu duduk belajar bareng bersama kami. Karena memang kitab yang dikaji belum pernah mereka pelajari sebelumnya..

Terkadang kita perlu belajar akhlak dan sifat tawadhu seperti ini, yang merendah di hadapan ilmu dan sesama temannya. Belajar tanpa malu dan gengsi. Karena ilmu didapat dengan sikap tawadhu, melepas sifat merasa sudah tahu, dan gengsi.

Maka jika masing-masing d'ai saling menghormati dan mersa belum berilmu, tidak didapati saling berselisih yang berhujung menjauh, meski dalam banyak permasalah mereka saling berbeda pendapat dan membantah.

Wallahu a'lam
___
Daarul Hadist-Yaman

Abu Naayif Iqbal