Susahnya Memaafkan dan Meminta Maaf

Hari ini saya coba mengisi kembali…Hehehe tidak penting ya’?? Tenang-tenang, bukan itu yang mau saya ceritakan sebenarnya.

Bicara soal maaf memaafkan, dari kehidupan sehari – hari yang saya lihat saya mendapatkan satu kesimpulan bahwa “ternyata minta maaf itu susah ya’??” Entah apa alasan seseorang untuk enggan meminta maaf kepada orang lain setelah melakukan kesalahan. Entah karena ego, merasa rendah karena meminta maaf, atau hanya karena gengsi.

Ternyata bukan hanya meminta maaf yang susah, rupanya memaafkan kesalahan seseorang pun juga susah. Sakit hati yang mendalam terkadang menjadi alasan untuk tidak memaafkan kesalahan seseorang. Terkadang yang namanya kesalahan itu terlihat ironis ya?? Bayangkan jika eratnya ukhuwah yang terjalin antara dua orang selama bertahun-tahun harus lenyap atau retak karena satu hal bernama kesalahan. Beberapa ada yang berpendapat bahwa sudah fitrahnya manusia untuk lebih melihat keburukan yang didapatkannya dari orang lain ketimbang kebaikkan yang dia terima dari orang yang itu.


Ternyata, masalah tidak selesai begitu saja sekalipun seseorang sudah berani untuk meminta maaf dan memaafkan kesalahan orang lain. Ibarat sebuah papan kayu yang akan tetap berlubang akibat paku yang menancap, sekalipun paku tersebut sudah dicabut. Sekalipun sudah saling memaafkan, terkadang kita masih menyisakan lubang-lubang bekas kesalahan itu di hati kita. Bahkan ada seseorang yang menerapkan syarat dan ketentuan khusus dalam memaafkan seseorang. Tidak jarang yang mengatakan bahwa “Baiklah saya memaafkan kamu tapi jangan harap hubungan kita bisa sebaik dulu”. Jika dipikir kembali, bukankah itu sama saja membiarkan lubang kesalahan terbuka?? Bahkan dengan berkata seperti itu justru kita sendiri yang seolah tidak menginginkan untuk menutup lubang itu. Banyak juga ternyata yang masih jarang tersenyum, atau hanya sekedar menyapa kepada orang yang pernah membuat kesalahan kepadanya sekalipun sudah mengaku meminta maaf.

Lalu dimana inti permasalahan seputar maaf memaafkan itu?? Ini hanya pendapat pribadi, namun sepertinya hal tersebut disebabkan karena kita menganggap meminta maaf dan memaafkan itu adalah sebagai suatu solusi akhir atau tujuan, bukan menganggapnya sebagai awal yang baru untuk mengembalikan ukhuwah yang selama ini kita bangun. Pendapat yang menganggap bahwa dengan meminta maaf maka semuanya selesai adalah hal yang sering menjadi alasan utama penyebabnya. Benar, meminta maaf bukanlah tujuan akhir, justru itu adalah langkah baru yang kita mulai. Ibarat paku yang menancap pada papan, meminta maaf dan memaafkan diibaratkan baru mencabut paku tersebut, masih banyak yang harus dilakukan untuk menutup lubang yang ada pada papan kayu tersebut.

Jadi buat yang dihatinya masih ada paku-paku kesalahan yang menancap segeralah mencabut paku tersebut, berusahalah sekuat tenaga untuk menambal lubang yang ada akibat paku tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar

__________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
| Beranda | Tentang Saya | Tukar Link | Download Gratis | Map Site | Gallery | My Contact |
© 2008-2011 [sektorplong.blogspot.com]
Seluruh artikel ini dapat anda perbanyak, cetak, modifikasi dan distribusikan secara bebas, asal tetap mencantumkan URL lengkap artikel.